Say NO (NO Problem)

Januari kami, diguyur hujan dan petir yang sahut menyahut menyapa dikala sore hari. Awal tahun  2020 disambut dengan beberapa peristiwa yang menghantam umat manusia dibelahan bumi manapun. Banjir yang menyambut tahun baru dialami beberapa daerah Indonesia, munculnya Virus Conora yang menjadi maut bagi siapapun dan kematian bintang NBA Kobe Bryant rasanya pait untuk diseduh dan diminum dikala senja, maka dari itu sudah seharusnya doa yang kita panjatkan harus lebih keras dan giat melebihi kerusakan yang sudah kita lakukan di dunia ini. 
Beranjak dari perkara  bencana ada satu bencaa lagi yang melanda kaum manusia dimanapun, kapanpun dalam keadaan apapun. Yah rasa gak enakan yang sebagaian menjadi penyakit kita semua, mungkin gampang berkata kita harus bodo amat, tapi terkadang yang namanya sudah sifat susah dihilangkan. dihitung perlu untuk menyadari esensi kita hidup agar hidup ini tidak melulu berbicara mengenai bagaimana menghargai orang lain tapi harus ingat untuk menghargai diri sendiri.
Ngomong-ngomong soal omongan yang selalu ada saja bahannya diotak dan dimulut ini, kali ini salah satu dari sekian banyak keresahan hamba terbungkus mengenai sifat respon kita sebagai umat manusia pada sesama yang selalu menjadi Pr sampai kita tua. Rasanya resep tentang menjadi insan yang baik selalu menjadi kesalahan di akhir eksekusi entah salah resep atau salah dokter, mungkin juga salah pasien. salah satu sifat itu adalah selalu menjadi baik untuk semua orang dan jelas sekali bahwa hal ini mustahil dilakukan, karna manusia adalah mahluk yang komplek dimana ketika mencernah sebuah gerakan atau peristiwa maka input dari hal tersebut bisa memberikan hasil apa saja bahkan random. Genius bukan? karna kita buatan Tuhan, lain halnya jika buatan China atau Jerman mungkin kita akan terihat sama dan  seragam, membosankan. maka dari itu kemustahilan untuk menjadi baik bagi semua orang sangatlah jelas, selalu berkata Ya pun rasanya susah. jika kita memaksakan apa yang seharusnya tidak dipaksakan maka hasil akhirnya adalah BIG NO. begitupun berkata Iya disetiap kesempatan yang  katanya termasuk kepada perbuatan baik, paling ujungnya yang terjadi adalah cape sendiri, menyiksa diri, mengutuk diri dan menyalahkan diri, saya yakin hal ini sering dialami oleh remaja bahkan orang tua manapun. contohnya jika sebagai orang tua selalu mengiyakan keinginan sianak, maka anak tak segan-segan tumbuh menjadi pribadi yang tak bisa tertolak. Begitupun kita yang hanya manusia yang mencoba menjadi pribadi yang baik, mustahil bisa menyenangkan semua manusia yang kita jumpai setiap harinya. Jadi stop untuk selalu berkata iya disetiap kesempatan. Jika kau tak bisa ikut untuk ajakan makan siang maka jangan lakukan, jika kau tak bisa menemani temanmu berbelanja karna takut ileran melihat diskonan sedangkan kantong uang sedang krisis maka berhenti untuk keukeh bilang iya. pointnya adalah tidak salah dan haram berkata tidak karna kita manusia punya kapasitas untuk melakukan sesuatu baik itu menolong teman atau sekedar ikut sebuah ajakan. sebenarnya ini juga menjadi Pr bagi saya pribadi untuk stop say Yes yang akhirnya berujung kepada penyesalahan diakhir. mungkin  dengan cara kita say No kita bisa lebih pokus terhadap diri sendiri  untuk mengembangkan diri. karna dari pengalaman  jarangnya bahkan tak pernah say No implikasinya bikin susah tidur, cape badan dibuat oleh sesuatu yang bukan menjadi pokus kita dan membuang waktu yang tadinya jika digunakan akan banyak infect positif yang menanti. jika meminum yakult menandakan kita mencintai usus maka konsumsilah Say No untuk mencintai dirimu. mulai saat ini mari kita sama sama ingat pasal pertama bahwa bukan tugas kita untuk membahagiakan semua orang jadi Say NO NO Problem.
Salam gembira dari perempuan orientalis  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul

Abstrak 2023

Pilihan Mengakhiri