Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Saya Benci Saya Akui

Setiap pagi menjadi waktu yang tepat ntuk sambat menyambat toh topiknya tidak berat namun menguras tenaga dan pikiran secara dalam sampe bisa saja merusak alat pencernaan karna sering minum kafein, salah satu pengalihan dan cara yang aman untuk lahir dari kenyaatan. Untuk bahasa terjujur kali ini adalah betapa muaknya saya akan suatu hal yang tak bisa tersampaikan langsung lewat media mata ke mata, maksudnya apa? Maksudnya adalah betapa dari kita tidak mempunya skill berbicara langsung terhadap sebuah aksi, terkadang reaksi yang kita rasakan harus kita tutupi untuk sebuah perhitungan kedepan yang mempertimbangkan sebuah kedamaian. Mungkin akan terlihat damai namun dalam tubuh dan benak ini rasanya jauh dari kata tadi. Saya muak   untuk selalu menutupi reaksi yang terdalam dalam benak saya, perasaan seperti dunia beserta isinya berkonsolidosa untuk saling dimengerti tapi mereka tak bergabung untuk mengerti orang lain mungkin semua orang berpikir demikian Dunia tidak Adil. Karna menu

Jangan Lagi “Harry Potter Order The Phoenix

Gambar
Pagi jam 07.57 sudah dalam keadaan bangun sarapan nasi goreng dengan telor ceplok dibaluri kecap. Padahal biasanya bangun siang kala tidak sekolah meaning libur adalah kenikmatan hakiki yang selalu saya dapatkan tiap minggunya, diawali dengan begadang entah itu nonton Netflik, Drama Korea atau sekedar main-in hp sampai gumoh.  Tulisan ini akan berbeda dengan yang tulisan lainya yag tersedia diblog, bukan sesi ‘Opini Amatir’ atau ‘Bukan Puisi’ melainkan ini adalah salah satu projek challenging  untuk melihat seberapa saya punya harapan akan hidup dan bisa melihat sebaik dan seburuh apa hidup memperlakukan saya, maybe tendensinya kearah  “Sejujur apa saya mengikapi apa yang terjadi” sederhananya bisa berdamai dengan hidup namun to the point membebani saya, jujur yang pertama. 7 hari saya akan habiskan untuk train ma self  untuk lebih jujur dan observasi reaksi diri. Good luck hambaa Kita mulai dengan hari pertama dengan membacakan kalimat bismillahhirohmannirohi, yah sudah ma

Hamba Munafik

Kelahiran yang direncanakan dan dirayakan penuh kebahagiaan yang menyelimuti beberapa orang lama kelamaan lenyap diseret waktu. Belajar merangkak dan berjalan selangkah demi langkah. Kata demi kata yang tak jelas semakin mengeluarkan artinya. Lalu beranjak masuk fase yang disebut beberapa orang dengan kata “dewasa”. Bahagia mungkin bisa habis mereka yang mirip dentingan waktu tapi tidak dengan belajar. Belajar memahami situasi yang akan selalu ada sampai kau mati. Belajar menyenangkan orang lain dan menebus dosa. Belajar peran baik buruk. Belajar bermuka dua, lalu menutupinya agar tidak terlihat menyedihkan. Padahal sebagian banyak dari kita mengalami kepahitan hidup entah itu datang dari sudut manapun bahkan tidak terduga. Hati, pribadi, rekan, teman, keluarga bahkan orang tak dikenal sekalipun bisa menjadi dalangnya. Bagaimana cara berhenti munafik jika semua ilmu mengajarkan kita untuk begitu. Sinar matahari rasanya tak cukup hangat dibandingkan dengan dinginnya air kehidupan yang m