Jangan Lagi “Harry Potter Order The Phoenix


Pagi jam 07.57 sudah dalam keadaan bangun sarapan nasi goreng dengan telor ceplok dibaluri kecap. Padahal biasanya bangun siang kala tidak sekolah meaning libur adalah kenikmatan hakiki yang selalu saya dapatkan tiap minggunya, diawali dengan begadang entah itu nonton Netflik, Drama Korea atau sekedar main-in hp sampai gumoh. 
Tulisan ini akan berbeda dengan yang tulisan lainya yag tersedia diblog, bukan sesi ‘Opini Amatir’ atau ‘Bukan Puisi’ melainkan ini adalah salah satu projek challenging  untuk melihat seberapa saya punya harapan akan hidup dan bisa melihat sebaik dan seburuh apa hidup memperlakukan saya, maybe tendensinya kearah  “Sejujur apa saya mengikapi apa yang terjadi” sederhananya bisa berdamai dengan hidup namun to the point membebani saya, jujur yang pertama. 7 hari saya akan habiskan untuk train ma self  untuk lebih jujur dan observasi reaksi diri. Good luck hambaa
Kita mulai dengan hari pertama dengan membacakan kalimat bismillahhirohmannirohi, yah sudah masuk itungan yang ini. Tadi sekitar 20 menitan saya membuka media sosial yaitu twitter mulai scroll atas bawah topix hangat masih tentang pendemi yang membuat ngeri dan menurut data terakhir yang dilansir koran Tempo ada sekitar 24 dokter wafat dalam sebulan ini yang terindikasi tertular Covid -19, semoga mereka mendapatkan tempat istimewa disisi Tuhan Aminn. Trust me dengan kenyataan yang semakin jelas adanya walaupun seberapa keras kau menghalanginya masuk atau menutupnya maka mereka akan muncul kepermukaaan dan melahirkan sebuah fakta  yang menyakitkan contohya dengan kepergian dokter yang menjadi garda terdepan untuk take handel pendemi ini dan mereka perang dengan alat yang belum memadai, yang seharusnya hal ini bukan menjadi masalah lagi but its haven. Lalu kali ini salah siap? Ada banyak orang berkata ini salah pemerintah karna lalainya dan ketidak siapan mereka menghadapi pendemi ini, ada yang lain berkata ‘jangan selalu menyalahkan pihak pemerintah, mereka udah semaksimal itu buat ngurus ini virus’. Ada juga yang susumbar ‘lah ini salah warga +62 yang susah diatur suruh social distantly malah masih kelayapan’ sisanya mencoba menjadi penengah dengan tak menyalahkan pihak manapun untuk kejadian pendemi ini dan menyarankan untuk suport satu sama lain.
Jika saya berpendapat tentang kejadian yang banyak menyebabkan kematian ini baik yang terjadi pada dokter dan pada masyarakat Indonesia  kenyataaanya adalah pemerintah memang tidak siap dengan situasi gawat pendemi ini dilihat dari keterbatasan alat pelindung bagi  garda terdepan dan kordinasi pusat-daerah yang memang harus membutuhkan perhatian extra untuk mengatasinya ‘hey kau jangan termakan berita hoax’ ini bukan persoalan itu dude namun perihal hal nyata yang kita coba tutupi dengan sikap optimis, bukannya tak boleh punya sifat optimis namun lebih indah jika mengakui bahwa kita tidak siap dan mengevaluasinya untuk menjadi pr agar tidak terulangi lagi Clear dan kadang sebuah pengakuan sangat berarti bagi mereka yang menjadi korban, setelah pemerintah deal with it maka kedepannya saya akan mencoba kembali menaru harapan kepada mereka untuk bisa menyelesaikan ini dengan jobdesk mereka sebagai pemegang kendali dari suatu negara. 
Lalu berlanjut kepada komponen yang tak kalah penting yaitu masyarakat, mengenai masyarakat yang katanya bebal untuk disuruh stay at home terkadang itu bukan termasuk sebuah pilihan bagi mereka yang berasal dari kalangan menengan kebawah beberapaa keluarga mempunyai prinsip ‘nyari uang hari ini untuk kebutuhan hari itu juga’ meaning gak kerja gak makan sedangkan negara kita belum siap untuk membiayayi semua masyarakatnya, ya karna kita masih negara berkembang disektor ekonomi dan banyak sekali kepala keluarga yang membutuhkan uluran tangan jika semuanya di lockdown. Lagi-lagi kenyaatan kedua adalah siapa yang tak mau stay at home jika semunya bisa leyeh-leyeh dikasur tapi sebagai kita tak punya itu maka hargailah, memang sebagian dari kita masih ada yang keluar dengan alasan yang tidak urgent-urgent banget ini evalusi yang kedua bagi rakyat yang diberi kesempatan untuk mendekam dirumah yu jangan bebal segeralah untuk sadar diri. Dan oh yah satu lagi untuk  siapapun yang menimbum hal-hal yang jadi langkah untuk saat ini percayalah kenikmatan yang kalian dapatkan dari uang yang kalian hasilkan tak sebanding dengan orang yang membutuhkan lalu mereka mati karna faktor ini, maka celakahlah kau diselimuti rasa bersalah dan pengecut seumur dihidup. Nikmati itu dude
Poin yang mencoba menengahpun terkadang untuk situasi ini tidaklah mendapatkan peran benar, karna kerja cerdas dan efektif  harus selalu kita butuhkan contohnya mendengarkan evaluasi berupa kritik dan saran agar tak bias.  Jangan menyalahkan satu sama lain juga ketepatnya masih dipertanyakan, saya setuju untuk mendukung satu sama lain namun tak sepakat dengan kalimat sebelumnya. Mungkin hal ini berniatan untuk stop menyalahkan satu sama lain dan lanjutlah kerja, namun saya kira evalusi dibutuhkan agar bisa tampil prima, karna jika mungkin susumbar warga net +62 dan para pakar mengkritik setiap komponen dari kita sebagai negara yang sedang memerangi pandemi ini rasanya patut kita pertimbangan jika memang itu sebuah kenyataan, seperti salah satu studi di Harvard mengatakan mustahil rasanya Indonesian belum ada yang terindikasi Covid-19 menurut sudut pandang saya, mereka bukan berniatan menyumpahi kita apalagi pernyataan mereka didukung oleh data yang tidak main-main yaitu sebuah studi tapi hanya untuk memberikan sebuah pandangan agar kita Indonesia aware  terhadap virus ini dan segera melakukan tindakan preventif dibandingkan melakukan hal-hal yang stupid. Karna seperti yang kita tau sebelumnya kita susumbar kebal virus Covid-19  dengan melakukan beberapa hal hal yang kiranya tak patut dilakukan seperti menyambut turis Cina dengan cara berlebihan dan menyedihkan hanya karna kita ingin menujukan bahwa kami ramah dan tak rasis karna ada virus yang sempat dijadikan lagu oleh pendangdut setempat saking woro-woronya dan jumawanya dan sempat terjadi lagi-lagi mengangkat duta yang seperti duta-duta yang dulu diangkat karna bermasalah dengan isu yang sama dan saya tidak pernah melihat relevansinya.
RIP kita semua  kalian pernah menonton Harry Potter Order The Phoenix yang kementrian bersikeras menyatakan bahwa ‘Ia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut’ sudah muncul padahal fakta mengatakan iya hanya karna fakta yang sebenarnya membuat mereka hidup dalam ketakutan dan ketidaknyaman,mereka memilih menganggap angin lalu biasa yang seperti itu berakhir patal. Mau tidak mau ingin tak ingin fakta tetap fakta seperti Covid-19 ini yang sudah menelan korba jiwa,  mari kita bangun awarness setiap komponen jika ada yang salah gerak gerik manapun jangan batasi kritikan dan biarkan fakta berbicara marilah mulai menyadari kesalahan dan tanggung resikonya maka kita kan belajar dari pada pura-pura lalu pergi sampai tidak ada waktu dan kata ‘terlamat’ datang menghampiri dan kita semua menyesal.
Ternyata fakta yang berikutnya setelah usaha yang dianjurkan yaitu Doa yang paling serius dan fakta yang harus kita amini bersama bahwa alam punya sesi ‘Seleksi Alam’ dan kita termasuk didalamnya, kita terlalu pongah untuk mmenginjakan kaki dibumi ini mari sadari dini jangan sampai kejadi mentri didunia Harry Potter terulang lagi, hanya karna menghidari ketakutan. Semoga doa membaik dibarengi dengan sikap manusia yang baik untuk alam, jangan jadi masa bodo karna kau tau jika alam membalas maka balasanya akan lebih dari cukup dari kata setimpal. Semoga garda terdepan dokter dan tim medis yang bekerja di rumah sakit yang menangai yang berkaitan seperti para pekerja kebersiahan, petugas ambulan, pengurus jenazah dan lainnya bisa selalu dalam lindunganmu Tuhan dan berikan tempat spesial untuk mereka yang gugur dimedang perang.
RIP WORD ALONG WITH COMPONENT.
Semoga kedamaian menyelimuti kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul

Abstrak 2023

Pilihan Mengakhiri