Saya Benci Saya Akui
Setiap pagi menjadi waktu yang tepat ntuk sambat menyambat toh
topiknya tidak berat namun menguras tenaga dan pikiran secara dalam sampe bisa
saja merusak alat pencernaan karna sering minum kafein, salah satu pengalihan
dan cara yang aman untuk lahir dari kenyaatan.
Untuk bahasa terjujur kali ini adalah betapa muaknya saya akan
suatu hal yang tak bisa tersampaikan langsung lewat media mata ke mata,
maksudnya apa? Maksudnya adalah betapa dari kita tidak mempunya skill berbicara
langsung terhadap sebuah aksi, terkadang reaksi yang kita rasakan harus kita
tutupi untuk sebuah perhitungan kedepan yang mempertimbangkan sebuah kedamaian.
Mungkin akan terlihat damai namun dalam tubuh dan benak ini rasanya jauh dari
kata tadi. Saya muak untuk selalu
menutupi reaksi yang terdalam dalam benak saya, perasaan seperti dunia beserta
isinya berkonsolidosa untuk saling dimengerti tapi mereka tak bergabung untuk
mengerti orang lain mungkin semua orang berpikir demikian Dunia tidak Adil.
Karna menurut saya kemampuan olah vokal dan verba yang Tuhan
berikan tidak lain dan tidak bukan untuk kita bisa berkomunikasi dengan mahluk
lain. Diam Itu emas! Saya sepakat namun jika diam dalam dunia nyata namun maung
di dunia maya apa yang bisa kita labeli untuk beliau. Saya termasuk kepada
aliran yang mengatakan bahwa permasalahan tidak akan selesai jika kita tak
diskusi tatap muka dan memilih berbalas pesan pait-pait membuat status. Memang itu
pilihan wong media sendiri, kebebasan berpendapat dan ketika saya menyatakan
saya tidak sepakat dengan jalur penyelesaian lewat komunikasi dumay itu
sebuah pendapat. Banyak aturan yang melingkup interaksi kita dalam dunia maya
menjadi terbatasi? Karna banyak mahluk yang kelewatan batas merasa akrab
sehingga mengejek dan ngatain orang yang bahkan gak kenal menjadi hal rumlah. Media
masa dunia digital diciptakan untuk membantu kita memudahkan berkomunikasi
namun yang namanya ciptaan manusia baik buruk tanggung sendiri karna manusia
mahluk komplek dan tidak memiliki program seragam yang mengharuskan kita
mempunyai reaksi dan pemikiran yang sama.
Kembali lagi saya mencoba jujur bahwa reaksi saya terhadap pemecahan
masalah yang mengunakan sistem sebagai pelantara tak membuat saya lega. Saya sebagai
manusia merasa media bisa membuat semuanya multi tafsir bagaimana jadinya
sebuah masalah bisa jadi rumit akhirnya. Sebagaian dari kita banyak yang tidak
berani mengungkapkan kata dengan langsung namun apakah dibenarkan jika konfirmasi
dilakukan tidak kepada orangnya langsung kesalahpahaman membuat hubungan rumit
dan runyam. Mungkin bisa digaris bawahi dengan kata mengenai memuntahkan
semuanya lewat dunia maya meaning yang seharusnya bisa dilakukan langsung
melalui dunia nyata yang bisa didiskusikan namun sebagai dari kita memilih
jalur aternatif berupa cacian makian yang tersirat maupun tersurat.
Namun anehnya banyak karya-karya yang seharusnya membuat saya muak
tapi malah saya nikmati, contohnya lagu berupa ungkapan nyata dari penulisnya
untuk dinyanyikan oleh penyanyi, berita politik yang ditulis oleh media masa
berupa kritik dan saran yang terkadang sarkas, saya yang membuat blog karna
beberapa kata yang tidak bisa di ungkapkan.
Apakah semua kata yang keluar dari dunia maya membuat saya muak? Jawab adalah tidak. Karna ini tidak sesederahan itu maka mengapa saya golongkan man yang digaris bawahi, jika dibaca
keseluruhan semuanya maka yang muncul bukan hanya warna hitam dan putih, tidak dua sisi
tapi banyak sisi, sisi ujung sana saya suka dan sisi lainnya saya masih suka. Jika
blog saya sudah berubah dan berisikan caci dan maki maka saya hentikan, maka perlunya
pendampingan pembaca untuk selalu mengikuti hamba berjalan.
Jika anda bisa menyelami tulisan saya maka anda akan tahu sisi yang
saya kritisi dan sisi yang saya sukai, dan sedikit catatan disini saya masih
belajar untuk selalu objektif disetiap kesempatan. Mungkin saya orang munafik/hypocite
jadi jujur yang selanjutnya adalah saya mengakui beberapa hal yang saya
benci.
Komentar
Posting Komentar