Ruang Hampa

Setiap hari rasanya sama dengan hitungan 7 hari dalam satu pekan diawali dengan senin lalu berakhir di hari yang bernama minggu.
Bangun pagi lalu berpikir 'apa yang akan saya lakukan hari ini?'
Menunda mandi dan sarapan pagi dengan sibuk berselancar didunia fiksi.
Menghabiskan waktu dengan menghalu dan menjadi benalu sedang trend di tengah pandemi ini.
Lalu sebagaian dari kita mengalami kejenuhan diambang batas dan memilih berkhianat pada konferensi. 
Dengan pergi jauh lalu kembali dengan hati was-was takut membawa petaka yang belum ditemukan penangkalnya. 
Menghiraukan mereka yang berjuang keras melampaui batas, menangis keras di dalam penjara jeruji kasat mata buatan kita. 
Bahkan ada yang berteriak ini adalah sebuah kebohongan yang diciptakan.
Sampai mereka melihat kematian tepat persis di dekat nadi mereka, rasa percaya sulit digapai.
Ada yang sibuk bertahan hidup di tengah kemiskinan, ada yang sibuk berteriak meminta pertolongan dan ada yang hidup dalam kekosongan.
Kita semua manusia yang butuh dimanusiakan.
Bahkan yang hidup di ruang hampa membutuhkan udara yang terpasang dipunggung mereka.
Kita berebutan tempat untuk bisa bertahan.
Saling menyingkirkan untuk mendapat kenikmatan.
Mati atau hidup dengan cara menyakitkan itu pilihan.
Jadi korban atau mengorbankan kita bertahan.
Apa yang lebih mengerikan akan datang pada mereka yang hanya bisa mengenggam harapan tanpa kepastian.
Maka pilihan jatuh pada perang paling kejam yang bisa membunuh jutaan orang namun meninggalkan pemenang.
Dengan rasa apapun yang mereka bawa dari sebuah kematian masal.
Entah yang muncul rasa puas atau sesak didada. 
Yang jelas Ruang Hampa ada dimana-mana.
Termasuk benda sakral didalam dirimu yang bernamakan Hati manusia. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul

Abstrak 2023

Pilihan Mengakhiri