Aku Pendosa

Dosa adalah perbuatan pelanggaran terhadap tuhan.
Siapa yang tidak pernah berpapasan dengan dosa.
Sekelas hamba terbaikpun sedikit banyaknya mengakui pernah berdosa kepada sang kuasa.
Perbuatan berdosa yang dilakukan kala sedang gelap mata lalu membawa petaka banyak sekali dilakukan oleh para budak dunia. 
Yang ditunggu hanya tanggung jawab dan kerelaan seorang hamba dicap pendosa oleh para yang mulia.
Pendosa, kata yang tepat menggambarkan aku yang saat ini sedang termenung memangku dagu dengan tangan kanan.
Banyak sekali dosa yang kulakukan yang tidak bisa kusebutkan satu persatu.
Entah itu karna malu atau karna lebih tidak mau dibilang benalu.
Yang sering kulakukan berdoa semoga bagian tubuh yang penuh lumpur hitam ini bisa sedikit terlihat bersih setidaknya dimata tuhan.
Lalu terkadang mengulanginya lagi dan lagi.
Persis si dungu yang meminjam uang pada renternir.
Tuhan betapa lemahnya hambamu yang satu ini.
Dosa yang tidak  kusadari melukai banyak orang dengan kata berlidah pedang.
Perlakuan yang tidak mengenakan yang kulimpahkan pada mereka yang kusebut teman.
Kemunafikan yg kututupi apik dengan perangai kebajikan.
Terbelenggu kejahatan yang terkoneksi dengan setan.
Amin yang dihati terdengar lain.
Ketulusan padahal kuberharap pemberian yang bisa memuaskan nafsu duniaku. 
Kenyamanan yang kurampas dari mereka dengan cara yang tidak menawan.
Jarak yang kubuat sejauh dan sedekat mungkin untuk mengikat mereka yang datang lalu singgah. 
Keras kepala yang ku banggakan disetiap kesempatan tak  lupa  jemawa juga.
Air mata yang dikeluarkan yang kukira adalah bagian kebenaran.
Teriakan dan makian yang selama ini ku gaumkan tak membuahkan hasil yang sepadan.
Mungkin hanya luka yang menjadi bagian akhirnya tidak tersisa apapun yang bernilai.
Muak bukan? 
Ribuan perbuatan yang tidak tertuliskan akibat tangan bergetar duluan sebelum sampai final pada pengakuan yang paling mengerikan.
Selama ini ego dan mulut lebih dominan muncul dari nilai kebenaran.
Dengan ini mengaku menjadi pendosa setidaknya membuatku nampak lega.
Terlepas hukuman mati atau gantung diri dekat dengan urat nadi.
Setidaknya hati ini tidak kalah dari perbuatan salah.
Aku pendosa yang penuh dengan darah saudara-saudaranya.
Aku pendosa yang pernah melenggang angkuh dengan sepatu tertinggi sambil  berkata bahwa orang lain adalah bedebah.
Aku pendosa yang sering berulah dan pantas dihardik dengan sumpah serapah.
Aku pendosa yang  tidak akan memaksa untuk dimaafkan jika itu bagian dari beratnya hidup para hamba lainnya.
Aku pendosa yang berlindung pada maha besarnya pintu maaf Tuhannya.
Tuhan aku pendosa datang padamu dengan tujuan memohon taubat diberi tempat walaupun itu terletak pada bagian belakang tanpa atap bahkan alas.
Jika rasa sayangmu ada di tempat yang demikian maka berikan pendosa ini kekuatan untuk bertahan dengan kekuatan yang sama kala dia melakukan dosa.
Aku Pendosa yang kesepian karna mendapat karma. 
Walaupun dimaafkan jauh untuk di raih.
Namun maaf yang kali ini lagi-lagi ku coba dengan harapan setidaknya dia tidak berubah bentuk menjadi dendam atau luka yang membusuk dan menagih untuk diamputasi. 
Maaf kepada teman yang pernah kubunuh dan mati lalu hidup lagi dengan keadaan yang tidak sama lagi. 
Maaf kepada saudara saudara yang kubuat susah dan payang dengan perlakuan ku yang semena-mena.
Maaf kepada Tuhan karna predikat pendosa ternyata bersemayam ditubuh hambamu ini.
Maafkan pendosa pemaksa ini.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul

Abstrak 2023

Pilihan Mengakhiri